0

Kenapa ya anak kecil kalau menggambar gak karuan???




Bagi para ibu yang sudah memiliki anak maupun kakak yang mempunyai adik, pasti pernah melihat bagaimana bentuk dari gambar seorang anak kecil? Ketika mereka ditanya mengenai gambar yang mereka buat, gambar tersebut terlihat tidak sesuai dengan yang ada dikenyataan.
Sebenarnya apa sih yang sedang terjadi dengan anak kecil ini?
Ternyata menurut seorang pakar Psikolog dari Swiss yang bernama Jean Piaget (1896-1980), mengemukanan dalam teori kognitifnya bahwa anak-anak tersebut sedang berada pada tahap praoperasional konkret.
Lalu apa sih tahap Praoperasional Konkret itu?
Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Nah, Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Pada saat ini anak benar-benar aktif dalam mengeksplorasi lingkungannya, hanya saja kemampuan mental dan logikanya masih belum memadai.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional ini muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak juga mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Seperti yang kita tahu anak pada usia ini selalu banyak ingin tahu dan hal yang paling mereka senangi adalah menggambar.
Namun Bagaimanapun juga, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya.
Ternyata anak-anak diusia ini pemikirannya juga masih bersifat egosentris, yaitu anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Misalnya saja menurut anak ini gambar yang dia buat adalah gambar burung, tapi orang lain yang melihatnya tidak mengerti dari sisi mana gambar tersebut terlihat seperti burung?
Tetapi tidak perlu khawatir seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik.
Faktor apa sih yang mempengaruhi mereka dalam Perkembangan Kognitif?
  1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
  1. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
  1. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
  1. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

 


0

0

Tentang Rasa

Ini adalah tentang rasa
Tapi bukan rasa yang setiap kali dicicipi oleh lidah
Ini berbeda
Ini adalah tentang perasaan hati
Setiap orang pasti memiliki rasa ini
Tak ada yang berhak melarangnya
Karena itu adalah fitrah
Hanya saja jika rasa itu tak terbalas seperti yang ia mau
Bukan berarti orang lain tak berhak mendapatkan rasa itu

#Qurrata Ayunin
@Gaul Magazine, 18-24 April 2011

#comment:
@D’yopay Aj : hay??? Oia, puisi km dh d’muat tuh d’MAJALAH GAUL edisi 18-24 april. Tentang Rasa… aku suka banget. Pokona mah gwe banget.
@Ronaldo Efendi: blh mnta puisi lg gak?
@Dhe Vitha ChaNtik: miqumm ? hey teteh yg ngirimin puisi ke tabloid gaul ya?,,, hehehe


mkasih buat teman2,,, tambah semangat buat nulis lebih banyak lagi :D

2

Cerbung


Paris and the Memory (Part 4)

Angin segar melambai-lambaikan rambutku, berdiri di ujung kapal pesiar mendengarkan deburan ombak yang indah begitu sangat menyenangkan. Ku rentangkan tanganku di udara, dan aku pejamkan mataku. Kini aku benar-benar merasakan deburan ombak masuk kedalam jiwaku. Tapi kurasa itu belum cukup, ku pijakkan kakiku pada pagar pembatas kapal. Tapi rasanya itu terlalu mengerikan untukku.
            “Kamu tidak perlu takut, aku ada disamping kamu!”
            “Stevan??” Aku tersenyum kepadanya. Perlahan-lahan ku pijakkan satu persatu kakiku keatas tiang pagar pembatas. Sempat aku ragu untuk melakukannya. Tapi Stevan, dia memegang tanganku dengan erat. Tidak ada lagi keraguan yang aku rasakan. Dia merentangkan tanganku diudara.
            “Paris!! Paris!!” Aku buka mataku lebar-lebar. Rasanya ada seseorang yang memanggilku.  
            “Paris kamu dari mana saja? Tante dan Lana dari tadi mencari kamu! Sebentar lagi kita sampai daratan. Segeralah kau bergegas!”
            Tak lupa sebelum aku meninggalkan Stevan aku berpamitan dulu dengannya. Hari ini aku sadar kalau Stevan tidak seperti yang aku fikirkan selama ini. Dia memang sungguh orang yang baik.
            Setelah hari itu, aku dan Stevan semakin dekat. Sudah beberapa hari ini dia mengajakku mengelilingi kota Paris, tapak tilas kejadian satu tahun yang lalu, itu menurut perkataanya. Ya mungkin saja dengan keberadaan Stevan aku bisa mengingat kembali memoriku yang sedikitnya telah hilang.
          
           Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Place de la Concorde. Tempat wisata yang merupakan alun-alun terluas di Paris. Ditempat ini kami melihat monumen dan air mancur yang sangat indah. 


Selanjutnya adalah Musee Du Louvre. Museum Louvre merupakan salah satu museum seni terbesar di seluruh dunia. Ditempat ini kami melihat lukisan Monalisa (di Paris disebut “la joconde”). 


Dan tempat terakhir adalah Arch de Triomphe. Disini kami bangunan menyerupai gapura besar. Menurut Stevan, Arch de Triomphe dibangun oleh Napoleon pada 1806 sebagai simbol kemenangan Perancis.

             Dari ketiga tempat yang telah aku kunjungi, aku merasakan ada sesuatu hal yang aneh. Biasanya sakit kepala itu muncul dan ulasan dari ingatanku kembali membayangi diriku. Akan tetapi, ketiga tempat itu seolah-olah tidak menunjukkan adanya kenangan antara aku dan Stevan. 


******
“Permisi...!!” terdengar dari depan rumah seseorang yang sedang mengetuk pintu.
            “Pagi-pagi begini sudah bertamu ke rumah orang.” Ucapku sambil membukakan pintu. “Stevan? Kok bisa tau aku tinggal disini?”
            “Kamu lupa ya, dulu kan kita pernah liburan bareng di Paris. Oh iya apakah kamu sudah mengingat sesuatu lagi hari ini?”
            “Aku rasa belum.”
            “Bagaimana kalau kita ke kedai kopi? Tentunya kamu belum sarapan kan?” Ucap stevan sambil menarik tanganku ke mobilnya. Lalu aku pun mengiyakan.
            “Aku yang pesan ya!” Ucap Stevan saat kami berdua sudah sampai di kedai kopi.
            “Kamu tahu kedai ini paling terkenal lho di kota Paris, orang-orang sangat suka dengan harumnya.”
            Tidak lama kopi yang kita pesan datang. Ternyata memang benar apa yang diucapkan Stevan, kopi disini baunya harum.  “Cappucino?”
            “Iya Cappucino, itu kan kopi kesukaanmu. Emang kamu lupa?” Ucap Stevan.
            “Emang dulu kita sering kesini ya?”
            “Iya, malah setiap hari. Kamu tau kopi yang selalu kamu pesan?”
            “Cappucino?” Jawabku.
            “Iya benar sekali.”
            Tidak lama dari itu ponsel milik Stevan berbunyi. “Aku tinggal dulu ya sebentar.” Aku anggukkan kepalaku. Setelah selesai menelepon, kira-kira 15 menit Stevan kembali menemaniku.
            “Maaf ya kalau lama.” Stevan kembeli mereguk kopi yang dia pesan. Beberapa menit kami berdua terdiam.
            “Em sebelumnya maaf ya... nggak apa-apa kan kalau kita pulang sekarang?”
            “Pulang? Apa ada masalah?” tanyaku dengan ekspresi kaget.
            iya, tiba-tiba aku punya urusan mendadak. Aku antar pulang sekarang ya.”
            “Ya sudah.”
            Sebenarnya aku agak kesal dengan sikapnya hari ini. Tapi apa boleh buat, mungkin ada urusan yang lebih penting yang harus dia lakukan.


BERSAMBUNG.....
0

Cerbung


                                      Paris and the Memory (Part 3)           

 Keesokan harinya aku minta Lana menemaniku kembali berkeliling di kota Paris dengan harapan aku bisa mengingat kembali sebagian memoriku.
            “Lana bisa menemani kamu jalan-jalan. Tapi kalau Lana lihat keadaan kamu seperti ini, Lana takut terjadi apa-apa lagi sama kamu!”
            “Aku mohon Lana, temani aku!” Dia memang tidak pernah bisa menolak permintaanku. “Baiklah, tapi kita ke dokter dulu ya!” Terpaksa aku mengikuti permintaannya. tapi untunglah dokter mengizinkanku.
            Sudah berjam-jam aku berkeliling di kota paris. Tapi sakit kepala itu tidak lagi ku rasakan. Apakah tempat ini tidak pernah ada kenangan denganku?
            Tiba-tiba ada yang memegang pundakku. Aku kira itu Lana. Tapi setelah aku menoleh kebelakang ternyata ada seorang pria telah berdiri di depanku.
            “Paris?? Kamu Paris kan?”
            Entah kenapa setelah aku melihat wajahnya aku merasa takut. Aku lari meninggalkan pria itu, namun pria itu terus mengejarku. Ku hentikan langkahku, setelah aku pastikan pria itu tidak mengejarku lagi. Kuhelakan nafasku pelan-pelan dari rasa lelah.
            Baru aku tersadar. “Lana?” Aku lupa telah meninggalkannya. Ini semua gara-gara pria itu, kalau saja aku tidak bertemu dengannya aku tidak akan terpisah dari Lana.
            Terpaksa aku harus kembali lagi ke tempat itu. Untungnya di tengah perjalanan aku bertemu dengan Lana, jadi aku tidak perlu melangkahkan kaki lebih jauh lagi.
            “Laki-laki itu...”
            “Tenang Paris ini Stevan teman kamu. Tadi aku ketemu dia diperempatan jalan, dia bilang temanmu.” Ucap Lana.
            “Iya Paris aku ini temanmu, tahun lalu kita liburan bersama kesini. Aku turut berduka apa yang telah terjadi padamu!” Ucap Stevan padaku menjelaskan apa yang di utarakan Lana kepadaku.
            Aku hanya terdiam dan menarik Lana menuju taksi yang sudah kuhentikan tadi. “Kamu itu aneh, kenapa sikap kamu dingin sama Stevan?” Tanya Lana padaku.
            “Entahlah, aku merasa tidak nyaman bersama orang itu.”
            “Kamu ingat sesuatu tentang Stevan?”
            “Justru itu, padahal aku sendiri belum bisa mengingat Stevan. Tapi kenapa sejak pertama kali melihat saja aku sudah tidak suka?”
            Tak terasa taxi sudah ada didepan rumah. Saat aku hendak menuju kamar, Tante memanggil kami berdua. “Lana, Paris... Tante punya kabar gembira buat kalian berdua. Teman kantor Tante memberikan Tante tiket untuk naik kapal pesiar. Bagaimana kalau besok kita kesana?”
            “Wah, itu kabar gembira sekali. Tentu dong kita berdua ikut. Iya kan Paris?” Ujar Lana.
            Setelah kejadian tadi siang, aku tidak bersemangat lagi untuk liburan di Paris, rasanya aku ingin segera pulang ke Indonesia. Aku tak mau peduli lagi dengan semua masa laluku. Sempat aku berfikir aku ingin melupakan masa laluku dan menjalani hidup yang baru tanpa mengingat masa lalu.
            “Kok sikap Paris aneh, ada apa Na?”
            “Entahlah, sikapnya berubah setelah Paris bertemu dengan salah satu temannya.”
            “Bagus dong, Paris  ingat sesuatu dengan temannya itu.”
            “Nggak, yang anehnya lagi tanpa mau mengingat Stevan, Paris sudah merasa tidak nyaman dengan Stevan.”
            “Oh jadi namanya Stevan. Rasanya Mama pernah mendengar nama itu. Tapi sepertinya mama sudah lupa. Mama menemui Paris dulu ya!”
            Ku jatuhkan diriku diatas ranjang dengan semua masalahku yang terus menggulung-gulung dikepalaku.
            “Paris... kamu baik-baik saja kan?” Tanya Tanteku. Ku angkat tubuhku yang rapuh. “Tante? Aku baik-baik saja kok.”
            “Tante bisa mengerti, tapi bukankah itu bagian dari masa lalu kamu? Kamu harus berusaha mengingatnya, sekalipun itu ingatan yang buruk untuk kamu. Jika kenangan buruk itu sekiranya akan membantu mengembalikan ingatan kamu, kenapa tidak? Walaupun Tante tau kamu ingin lepas dari semua itu, tapi tentunya kamu juga tahu kalau seseorang ingin mengintrospeksi hidupnya, tentunya dia akan mulai mempelajari kesalahannya dari masa lalu!”
            Mungkin yang dikatakan Tante ada benarnya juga. Aku juga nggak mau kalau masa laluku terus menghantui aku.
            “Sepertinya kamu perlu istirahat, Tante keluar dulu ya!”
“Makasih ya Tante. Em...Tante besok jadi?”
            “Kalau kamu mau, besok kita berangkat.” Tanteku bergegas keluar kamar.
            ‘Stevan’ nama itu terus saja membayangi ingatanku. Rasanya nama itu tidak asing lagi untukku. Aku teringat akan sesuatu, nama yang ada di kursi bis itu juga tertuliskan Stevan. Mungkinkah pernah ada kenangan antara aku dengan Stevan? Apakah bayangan pria yang selalu muncul juga Stevan?
*****

 BERSAMBUNG....
 
Copyright © Tha_zmanianDevil