PARIS AND THE MEMORY (Part 2)
Keesokan harinya Lana dan Tanteku memeriksakan
kepalaku ke dokter.
“Apakah
dia pasien amnesia? Sepertinya dia sudah mulai mengingat sesuatu.” Ucap dokter
dari Paris yang saat itu memeriksaku.
“Iya
dok, tapi tidak ada masalah kan dengannya?”
“Tidak,
saran saya kalau anda ingin ingatannya cepat kembali sebaiknya anda mengajak
dia ketempat-tempat yang menjadi kenangan dimasa lalunya!”
Menurut
sepupuku Lana, satu tahun yang lalu aku pernah kecelakaan mobil. Saat itu aku
baru kembali dari Prancis. Aku dijemput oleh supir papaku. Saat ditengah
perjalanan menuju rumah, kecelakaan pun terjadi. Untungnnya aku selamat dari
kecelakaan itu. Tapi supir papa yang saat itu bersamaku, dia tidak
terselamatkan saat dibawa ke rumah sakit. Setelah kecelakaan itu terjadi katanya
aku koma cukup lama, kira-kira hampir dua bulan. Dan saat aku tersadar aku
tidak ingat apapun. Dokter memperkirakan saat kecelakaan itu terjadi, kepalaku
terbentur dengan keras sehingga aku mengidap amnesia.
Keluargaku
sudah bersusah payah mengembalikan ingatanku. Namun, tidak ada satupun yang
bisa aku ingat. Hingga akhirnya aku dibawa ke Paris, mencoba mengingat kejadian
sebelum kecelakaan itu terjadi. Mungkin dengan aku dibawa ke Paris akan
memberikan peluang besar untuk mengembalikan ingatanku.
“Oh
iya jangan lupa tetap menjaga kesehatannya. Jangan sampai dia tertekan. Kalau
terjadi sesuatu, anda bisa hubungi saya.” Pesan dokter itu sebelum mengantarkan
kami bertiga ke pintu.
*****
Udara
segar melambai-lambaikan rambutku. Sungguh berbeda dengan udara di Jakarta yang
penuh dengan polusi kendaraan bermotor. Andaikan saja udara di Jakarta bisa
teratasi dengan baik, tentunya tidak akan terjadi banyak masalah di negara
Indonesia. Namun disini aku bisa tenang, jauh dari kekangan orang-orang yang
memaksaku mengingat semua masa laluku.
Untungnnya
sekarang aku tinggal dengan orang-orang yang benar-benar mengerti keadaanku.
Saudara sepupuku, Tanteku, keduannya adalah orang yang terdekat denganku.
Makin
lama udara sejuk menidurkanku di atas kursi santai. Segarnya udara menenangkanku
dari semua fikiran yang menggulung-gulung seperti benang kusut dalam otakku.
Aku
terbangun saat harumnya coklat hangat menusuk hidungku. Tanteku paling bisa
dalam membuat coklat hangat. Ditemani pemandangan yang indah di sekitar kota,
aku semakin terhanyut dalam keindahan alam kota Paris.
“Rasanya
belum asyik kalau kamu tidak mencoba jalan-jalan dengan bis tingkat
mengelilingi kota Paris!” Ucap Tanteku yang tadi membawa coklat hangat.
“Emang
apa bedanya Tante? Bukankah polusi dimana-mana.”
“Sebaiknya
kamu mencobanya. Sekarang siap-siaplah dulu biar Lana yang mengantarkanmu!”
Aku
regup tetesan terakhir coklat hangat itu. Segera aku bergegas dan menemui
saudara sepupuku Lana.
Ternyata
memang benar. Dari atas bis ini, kota paris lebih terlihat indah. Polusi pun
tidak terasa menyesakkan pernapasan. Walaupun hanya berdiri-diri diatas sini
rasanya melelahkan juga. Aku istirahatkan sejenak di kursi yang paling
belakang.
‘Paris Love Stevan’. Bukankah
Paris namaku? Kutemukan tulisan itu di pojok kursi dekat tempatku duduk.
“Aghhhh”
kepalaku sakit lagi, aku terperanjat dari kursi itu dan berusaha memanggil
Lana. Entah dari mana bayangan laki-laki itu muncul lagi.
Dalam
bayangan itu, aku melihat seorang pria duduk bersamaku tepat dimana tadi aku
duduk. Mereka berdua tertawa-tawa penuh dengan kebahagiaan tanpa memperdulikan
orang-orang yang memperhatikan mereka berdua.
“Paris,
kamu kenapa? Apa kamu ingat sesuatu?”
Saat
itu aku langsung mendekati Lana dan memintanya untuk membawaku pulang ke rumah.
“Lana,
bawa aku pulang sekarang juga. Kepalaku sakit sekali!”
Tanpa
berfikir panjang Lana menghentikan bis, tapi saat itu aku masih saja menoleh ke
belakang untuk memastikan bayangan itu masih ada atau tidak. Segera Lana memanggil taxi dan tidak lama dari itu,
kira-kira 10 menit kami berdua sampai juga di depan rumah.BERSAMBUNG...
0 komentar:
Posting Komentar